Langsung ke konten utama

Kelompok 1: Analisis Pendekatan Riset Kualitatif dari Interpretif ke Positivist


 

Komentar

  1. Tk atas sharingnya. Bermanfaat sekali. Izin bertanya, apakah disebutkan dalam literature pendekatan mana yang lebih baik dari 2 pendekatan tersebut ? Apa bisa disebutkan contoh artikel dari masing-masing pendekatan tersebut ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih pertanyaannya bu ratna, pertanyaan yang sangat bagus.

      Pada literatur yang kami baca tidak ditemukan mana yang lebih baik dari kedua pendekatan tersebut baik dari pendekatan interpretiv maupun pendekatan positivist. Kedua pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung dari rumusan masalah dan tujuan penelitian dari si peneliti.

      Jika peneliti bertujuan untuk mengeksplorasi pemahaman responden tentang suatu fenomena atau peristiwa maka peneliti dapat menggunakan pendekatan interpretiv (kualitatif) akan tetapi jika tujuan peneltian ingin mencari hubungan sebab akibat suatu variabel yang diteliti maka peneliti dapat menggunakan pendekatan positivist (kuantitatif)

      Sumber :
      Afriyanti & Rachmawati (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Riset Keperawatan
      Poerwandari (2009). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia


      Contoh Artikel :

      Exploring Peer Support as a Strategy to Reduce Self Stigma for Marginalised Children of Parents with Mental Illness (COPMI)

      Sumber : Parkinson, A., Keddell, E., & Walker, P. (2020). Exploring peer support as a strategy to reduce self-stigma for marginalised children of parents with mental illness (COPMI). British Journal of Social Work, 00, 1–20. https://doi.org/10.1093/bjsw/bcaa161.

      Hapus
    2. Izinkan saya menambahkan penjelasan. Interpretif dan positivist merupakan dua paradigma cara berpikir yang mendasari penelitian. Menurut paradigma interpretif, sifat dasar penelitian adalah penafsiran, yang tujuannya untuk memahami fenomena, bukan untuk generalisasi populasi. Pada paradigma positivist, riset dilakukan untuk mendapat penjelasan ilmiah, menghunakan logika deduktif serta pengamatan empiris dari perilaku individu dalam rangka menemukan dan konfirmasi hubungan sebab-akibat. Maka kedua pendekatan tersebut digunakan sesuai dengan tujuan riset yang akan dilakukan.

      Hapus
  2. Mohon penjelasan, apakah ada framework yang bisa diikuti dalam menganalisis data dari kedua penelitian tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih pertanyaannya bu Imelda. saya akan mencoba menjawab pertanyaa ibu.

      Penelitian kombinasi atau Mix Method merupakan peneltian yang berlandaskan pada filsafat pragmatism yaitu gabugan positivist dan interpretif. Penelitian Mix Method ini merupakan penelitian yang mengkombinasikan atau menghubungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.

      Untuk framework atau kerangka kerja dalam pelaksanaan metode kombinasi ini tergantung dari model pendekatan mix method yang digunakan.
      Model metode Mix Method terdiri dari :
      1. Sequential Explanatory
      2. Sequential Exploratory
      3. Cocurrent Triangulation
      4. Concurret Embedded


      Untuk contoh frameworknya tidak dapat saya copy di kolom komentar ini ibu. akan saya coba masukkan melalui gambar.

      Terimakasih

      Sumber : Sudaryono (2021). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Mix Method. Edisi Kedua, Penerbit: Rajawali Press, Depok.

      Hapus
    2. Saya tambahkan, sebagai contoh yang dikemukakan oleh Cresswell & Cresswell (2018), desain konvergen pada penelitian Mixed Method digambarkan sebagai berikut.

      CONVERGENT DESIGN (ONE-PHASE DESIGN)
      Data kuantitatif (pengumpulan & analisa data) ==> HASIL ==>interpretasi hasil untuk membandingkan keduanya
      Data kualitatif (pengumpulan & analisa data) ==> HASIL ==> interpretasi hasil untuk membandingkan keduanya

      Hapus
    3. Lanjutan, berdasarkan Cresswell (2018)
      = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

      EXPLANATORY SEQUENTIAL DESIGN (TWO-PHASE DESIGN)
      FASE 1 (Data kuantitatif--pengumpulan & analisa data) ==> Identifikasi hasil untuk tindak lanjut ==> FASE 2 (Data kualitatif--pengumpulan & analisa data) ==> Interpretasi hasil -- bagaimana kualitatif menjelaskan kuantitatif

      EXPLORATORY SEQUENTIAL DESIGN (THREE-PHASE DESIGN)
      FASE 1 (Data Kualitatif--pengumpulan & analisa data) ==> FASE 2 [Identifikasi karakteristik untuk menguji (misal: instrumen baru, pengalaman aktivitas baru, variabel baru)] ==> FASE 3 (pengujian menggunakan desain kuantitatif) ==> Interpretasi hasil: Bagaimana uji tersebut meningkatkan hasil

      Hapus
  3. Bagaimana meminimalkan bias pada penelitian interpretative? bagaimana memastikan bahwa informasi yang diberikan adalah benar dan meminimalkan subjektifitas peneliti dalam menginterpretasikan hasil penelitian? terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk pertanyaan ibu Asmi. Berikut jawaban kami untuk cara meminimalkan bias pada penelitian dengan pendekatan interpretif.
      Paradigma interpretif merupakan cikal bakal dari pendekatan penelitian kualitatif. Cara meminimalkan bias dalam penelitian kualitatif yaitu dengan memastikan kesahihan instrumen penelitian, yang dalam hal ini adalah peneliti sendiri. Bahwa peneliti harus memenuhi syarat sbb:
      1. Kredibilitas, artinya peneliti menjamin kesesuaian antara pandangan partisipan dan konstruksi fenomena yang diteliti.
      2. Transferabilitas, yaitu peneliti bertanggung jawab kepada pembaca bahwa kumpulan informasi dalam suatu kasus yang diteliti dapat diterapkan dalam kasus yang sama.
      3. Dependenabilitas, ialah proses penelitian dan peneliti bertanggung jawab terhadap kepastian atau keandalan hasil penelitian. Maksud dari keandalan ini terkait logika proses penelitian, informasi dan sumber informasi yang dapat dilacak dan informasi-informasi yang dikumpulkan benar-benar terdokumentasi.
      4. Konfirmabilitas, artinya adalah objektivitas dalam proses peneliti membangun fakta, memproses data, dan menginterpretasi data yang disajikan secara deakriptif, naratif dan bukan berdasarkan imajinasi peneliti.
      Demikian bu Asmi, semoga dapat menjawab pertanyaannya.

      Hapus
    2. Menambahkan jawaban untuk poin ke-2 (transferabilitas), bahwa ketika metode yang sama diterapkan di tempat yang berbeda akan berpotensi mendapatkan data yang berbeda. Dan hasil pada penelitian tersebut tidak dapat digeneralisasikan.

      Hapus
  4. Ijin bertanya untuk kelompok 1 terutama yang menyangkut perpaduan penelitian kualitatif dan kuantitatif iu dapat dilaksanakan pada penelitian apa saja, berikan contoh penjelasanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penelitian dengan memadukan pendekatan paradigma interpretif ke positif dilakukan pada penelitian yang mengangkat isu sosial atau permasalahan di pelayanan publik.

      Pendekatan interpretif mengeksplorasi mekanisme dari penyebab yang selanjutnya dapat menentukan langkah untuk menentukan hubungan. Pendekatan interpretif akan memberikan variabel yang penting atau tidak penting, sehingga peneliti dengan pendekatan positivist akan lebih fokus pada hubungan variabel (Alharahsheh & Pius, 2020; Creswell & Poth, 2018; Polit & Beck, 2018).

      aplikasi pada jurnal “Exploring Peer Support as a Strategy to Reduce Self-Stigma for Marginalised Children of Parents with Mental Illness (COPMI)”.
      Pada penelitian tersebut, pada tahap awal digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana stigma yang terjadi pada anak dengan orang tua yang mengalami gangguan jiwa (mengkaji mekanisme dengan pendekatan interpretif), hasil dari penelitian pendekatan interpretif tersebut menjadi dasar untuk menyusun intervensi Peer Support sebagai strategi menurunkan stigma pada anak dengan orang tua yang mengalami gangguan jiwa (mengkaji hubungan dengan pendekatan positivist).

      Hapus
    2. Demikian, semoga bisa menjawab.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kel 1_FGD dan Studi Dokumen